Jumat, 23 September 2011

Kiai nDeso dan Si Celana Cingkrang (Kisah Nahdliyah)

Kang Hanif, seorang kiai muda ndeso, telah lama didaulat masyarakat di desa untuk memangku masjid. Semua acara keagamaan dia yang memimpin. Suatu hari ada seorang berjenggot panjang dan bercelana cingkrang dari sebelah desa menudingnya sebagai pelaku bid’ah, churafat, takhayul, bahkan syirik.

“Mas, sampean jangan terus-terusan menyesatkan umat. Tahlilan, sholawatan, yasinan, manaqiban, bermaaf-maafan sebelum memasuki Ramadhan, itu bid’ah. Apalagi mendoakan mayit, tawasul atau ngirim pahala untuk orang sudah mati. Doa itu tidak sampai, bahkan merusak iman. Musyrik hukumnya,” kata orang tersebut dengan gaya sok paling Islam dan paling benar.

Kang Hanif hanya diam saja. Ia sudah beberapa kali menghadapi orang begitu yang biasanya hanya bermodal “ngeyel” dengan ilmu agama yg jauh dari memadai. Persis seperti anak kecil baru belajar karate, yang baru tahu satu dua jurus saja lagak lakunya belagu.

Walau kang Hanif telah 9 tahun mengaji di pesantren Tambak Beras dan paham betul dasar-dasar amaliyah itu, ia tetap tak membantah dan membiarkan orang itu terus menudingnya. “Percuma saja membantah orang itu. Hatinya tertutup jenggotnya. Mata hatinya tak seterbuka mata kakinya,” batin kang Hanif.

Beberapa waktu kemudian ayah orang yang berjenggot dan bercelana cingkrang itu meninggal dunia. Kang Hanif datang bertakziyah bersama para jamaahnya. Dia lantas berdoa keras di depan mayit si bapak dan jama’ahnya mengamini.
“Ya Allah, laknatlah mayit ini. Jangan ampuni dosanya. Siksalah dia sepedih-pedihnya. Kumpulkan dia bersama Fir’aun, Qorun dan orang yg Engkau laknati. Masukkan dia di neraka sedalam-dalamnya, selama-lamanya”.

Si jenggot bercelana cingkrang menghampiri Kang Hanif, bermaksud menghentikan doanya.

“Jangan protes. Katamu doa kepada mayit tidak akan sampai. Santai saja. Tidak ada yg perlu engkau khawatirkan bukan? Kalau aku sih yakin doaku sampai,” ujar kang Hanif tenang.

Muka si jenggot bercelana cingkrang pucat. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya yang biasa menghakimi orang lain. Cak Mun'im NU Online

Selasa, 13 September 2011

Konten Pembelajaran di MI Walisongo

A. Kurikuler
   1. Alqur'an Hadis                                
     2. Aqidah Akhlak                                                             
     3. Fiqih                                              
     4. Bahasa Arab                                 
     5. Sejarah Kebudayaan Islam           
     6. Pendidikan Kewarganegaraan        
     7. Bahasa Indonesia
     8. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) 
     9. Ilmu Pengetahuan Sosial
    10. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes)
    11. Kesenian dan Ketrampilan (KTK)

B. Muatan Lokal 
    1. Aswaja (Ke- NU-an)
     2. Bahasa Daerah
     3. Bahasa Inggris

C. Kokurikuler
     1. Komputer
     2. Kumon
     3. Kaligrafi/Melukis
     4. Sempoa
     5. Pidato/Khitobah
     6. Master Ceremony (MC)

D. Ekstrakurikuler
    1. Pramuka
     2. Rebana Banjari
     3. Drum Band
     4. Dibaiyah putra/putri
     5. Kajian Kitab Kuning
     6. Seni Baca Alqur'an (Qiro'ah)
  

Sabtu, 10 September 2011

Personalia MI Walisongo

1. Milahul Ashifah, S.Ag.                      : Kepala Madrasah
2. M. Mahfudz, S.Pd.                            : Waka Utama 
3. Miftahul Jinan, S.PdI.                      : Waka Kurikulum/Wali kelas V
4. Nuhin, S.PdI.                                     : Bimbingan Konseling/Wali Kelas VI
5. Hj. Haidaroh, BA                                : Wali Kelas III/Sie Konsumsi
6. Hj. Maftuchatul Choiriyah, S.PdI.   : Bendahara
7. Lisyatis Samiroh, S.Pd.                     : Wali Kelas IV/Sie Kesenian
8. Uswatun Hasanah, S.S.                     : Wali Kelas II
9. Aznihatin, S.PdI.                               : Wali Kelas I/Sie Koperasi
10. Uswatul Hasanah, S.Pd.                   : Depag
11. Dliyauddin, Amd.                            : Komputer
12. Ukhrojul Laili                                   : Tata Usaha
13. Herlina, S.Pd                                    : Kumon
14. Fanty Wahyunita, S.Pd                  : Sempoa
15. Imam Maliki                                    : Rebana Banjari
16. Mochammad Dhuha                       : Rebana Banjari  
17. Zainuddin                                         : Drum Band
18. Arwan Ibadi                                     : Drum Band
19. Yuni Dwi Setiowati                         : Pembina Pramuka
20. Lailatul Husniyah                           : Pembina Pramuka
21. Muhammad Munif                         : Cleaning Servis

Jumat, 09 September 2011

PRAKATA

BISMILLAHIRROMANIRROHIM
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Blog ini kami buat bertujuan sebagai media informasi dan interaksi bagi guru, wali murid, maupun peserta didik di era informasi ini. Untuk itu kami berharap media ini dimanfaatkan dengan baik dan jangan disalahgunakan. Minimal kita mempunyai wadah untuk berkomunikasi agar informasi tidak mandek.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pengelola

Visi dan Misi

Visi  :
 Mencetak generasi Islam yang beriman, berilmu, beramal, dan bertaqwa

Misi :
- Peserta didik dapat menjalankan kewajiban kepada Allah SWT dengan benar sesuai dengan faham ahlussunnah waljama'ah
- Peserta didik mampu berbakti serta hormat kepada kedua orang tua dan guru
- Berhasil pada Ujian Nasional dan siap bersaing di sekolah lanjutan pertama

Kamis, 08 September 2011

Profil MI Walisongo Sawohan Buduran Sidoarjo

Madrasah Ibtidaiyah (MI)Walisongo adalah sebuah institusi pendidikan tingkat dasar di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LPMNU) yang berdomosili di Desa Sawohan Kecamatan Buduran  Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Madrasah ini berdiri pada tahun 1958. Pada awalnya sekolah ini merupakan bagian dari Sekolah Rakyat (SR), semacam ekskul keagamaan.Dengan perkembangan waktu maka ekskul keagamaan lebih diminanti oleh masyarakat Sawohan dan peserta didik. Solusinya adalah ekskul keagamaan memisahkan diri dari SR menjadi madrasah ibtidaiyah yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU)
Karena kebijakan pemerintah orde baru pada awal tahun 70-an yaitu membuat polecy yang melarang semua lembaga pendidikan di bawah naungan NU memakai nama NU, maka berubahlah MINU menjadi MI Walisongo. (www.nuhin yede.blogspot.com)
 

BLOGGER

BLOGGER
Nom-nomane alias masa mudanya Pak Nuhin

Mengenai Saya

Visi : Mencetak Gerasi Islam Beriman, Berilmu, Beramal, Bertaqwa

Pengikut